Saya ada pengalaman yang menarik saat pertama kali covid-19 melanda , seketika proses belajar mengajar di sekolah harus dihentikan agar virus tidak menyebar. Sejak dikeluarkannya Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, Dan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 01/Kb/2020 Nomor 516 Tahun 2020 Nomor Hk.03.01/Menkes/363/2020
Nomor 440-882 Tahun 2020 Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pada
Tahun Ajaran 2021/2022, metode pembelajaran di sekolah secara tatap muka berubah menjadi
pembelajaran secara daring yang dilakukan dari rumah dikarenakan virus covid-19
telah melanda di Indonesia bahkan seluruh dunia.
Seluruh sekolah tentu saja harus cepat mencari metode apa yang
sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah. Sekolah tempat saya mengajar di SMP Negeri 1
Kotaagung yang terletak di kabupaten Tanggamus propinsi Lampung. Sekolah
ini letaknya di jantung kota sehingga
akses internet sangat mendukung. Perekonomian orang tua peserta didik di
sekitar sekolah saya 70 % menengah keatas dan 30 % menengah kebawah, mereka
mampu memiliki handphone untuk anak-anak mereka belajar dari rumah
secara daring, data tersebut didapatkan saat bulan febuari
2021 tahun lalu yang digunakan sebagai syarat membuat SOP sekolah untuk
pelaksanaan proses belajar secara daring.
Saat sekolah memutuskan metode belajar secara daring akhirnya saya
membuat sebuah metode belajar yaitu GO
OUT COVID yaitu ( Google
Classroom,
WA Group, Virtual
Converence, Video).
Metode ini saya pakai untuk pembelajaran bahasa Inggris di kelas saya mengajar. Penerapan ini sangat
efektif sekali untuk pembelajaran daring. Terlihat para murid sangat antusias saat berkomunikasi dengan mereka meskipun jarak jauh. Pada awalnya sekolah hanya menawarkan
memakai group WA untuk proses belajar daring. Saya kebingungan saat menilai
tugas dari para siswa saya karena saya harus membuka satu satu pesan dari 200 peserta didik. Saya juga kewalahan
mendata siswa yang aktif dan tidak aktif saat belajar di rumah secara daring.
Saya juga tidak bisa mengirimkan video pembelajaran di WA group karena terbatas
durasi.
Dari permasalahan tersebut akhirnya saya menerapkan metode GO OUT COVID untuk pembelajaran bahasa
Inggris. Langkah pertama saya mendata para peserta didik dengan menggunakan
google form untuk mengumpulkan email para peserta didik. Bagi peserta didik
yang belum memiliki email saya bimbing untuk membuat email dengan nama mereka
masing-masing menggunakan video tutorial yang saya buat di channel you tube
saya., lalu saya bagikan link agar mereka mempelajarinya .
Setelah email sudah terkumpul, saya membuat kelas di Google
Classroom dan saya meminta para peserta didik untuk mendownload Google
Classroom di Play Store di handphone mereka. Lalu saya mengundang
peserta didik dengan link agar mereka langsung bergabung dikelas hanya dengan
satu langkah saja. Lalu saya membuat tutorial video tentang cara mengirimkan
tugas di Google Classroom dan saya mengirimkan link channel you tube saya agar
mereka mempelajari cara membuka tugas dan mengirimkan tugas.
Selanjutnya saya mengadakan pertemuan secara virtual menggunakan
Google Meet agar tidak terlalu banyak menggunakan kuota. Pertemuan secara
virtual saya adakan sebulan dua kali
durasi 1 jam. Saya mengadakan pertemuan virtual awal pembelajaran untuk
perkenalan dengan para peserta didik, lalu pertemuan kedua saya gunakan untuk
membahas materi yang telah di berikan dan menanyakan apa yang belum jelas dan
untuk praktek berbicara. Selain itu saya juga menggunakan aplikasi di WA call
In Group untuk memotivasi peserta didik yang lupa mengirimkan tugasnya.
Hasilnya sangat memuaskan 90 % siswa aktif untuk mengikuti secara
daring, 10 % siswa tidak aktif karena
mereka tidak mampu membeli kuota. Bagi siswa yang tidak mampu tersebut awalnya
saya datangi ke rumah untuk mengetahui permasalahan apa yang dihadapi,
rata-rata mereka tidak mampu untuk membeli kuota, akhirnya saya memberikan solusi agar mereka
mengumpulkan tugas yang telah mereka kerjakan di buku seminggu sekali ke sekolah, dan saya
kesempatan bagi saya untuk menanyakan kesulitan mereka saat mengerjakan
tugasnya dan menjelaskan materi yang mereka belum faham.
Setelah 2 bulan berjalan, kepala sekolah dan rekan kerja saya
melihat metode yang saya gunakan ternyata hasilnya bagus dan sangat efektif
digunakan, akhirnya kepala sekolah berdiskusi dengan seluruh guru dan akhirnya mereka memutuskan untuk
mengikuti metode yang telah saya pakai tersebut.
Langkah pertama kepala sekolah mengadakan pelatihan untuk para guru
tentang bagaimana menggunakan Google Classroom dan cara membuat pertemuan
secara online menggunakan Google meet, dan cara membuat video pembelajaran sederhana
dengan mengundang instruktur yang ahli di bidang tersebut.
Langkah kedua mengumpulkan email para guru dan harus menggunakan
gmail agar memudahkan menggunakan aplikasi di Google. Lalu selanjutnya adalah
para wali kelas mengundang para guru dengan mengundang ke email masing-masing.
Para wali kelas membuat Google form untuk mengumpulkan email para peserta didik
, tentu saja membimbing mereka bagaimana membuat email dengan nama mereka
masing masing agar memudahkan para guru menilai karena nama sesuai dengan nama
mereka .Lalu mengundang mereka dengan membagikan link agar memudahkan mereka
untuk bergabung ke kelas di Google Classroom yang telah wali kelas buat sesuai
dengan tingkatan kelas.
Langkah selanjutnya wali kelas membagikan link video yang sudah saya
buat tentang tutorial bagaimana mengirimkan tugas di Google Classroom. Setelah
hampir setengah semester berjalan ternyata berhasil dapat membuat pembelajaran
secara daring berjalan dengan aktif dan kondusif. Kendalanya juga sama yang
saya alami yaitu ada beberapa siswa tidak aktif menggunakan Google Classroom.
Data ini didapatkan dari hasil pendataan yang telah dibuat dengan
table yang berisi nama nama peserta didik setiap kelas per mapel , lalu ada
tempat keterangan aktif dan tidak aktif yang nantinya para guru akan memberikan
tanda pada peserta didik yang aktif dan tidak aktif ,setiap bulannya. 25 %
siswa tidak aktif maka akan ditegur dan para wali kelas beserta guru BK
mendatangi ke rumah mereka untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi ,
dan memberikan solusi agar mengumpulkan tugasnya secara luring ke sekolah
seminggu sekali. Para guru juga mengadakan virtual converence menggunakan
Google meet untuk perkenalan dan membahas lagi apa yang menjadi kesulitan para murid sebulan 2 kali.
Group WA digunakan guru untuk berkomunikasi dengan peserta didik
saat menyapa awal jam pembelajaran dimulai, dan memberitahu tugas sudah ada di
Goole Classroom serta memberitahukan pengumuman – pengumuman., serta memotivasi para murid setiap harinnya.
Kepala sekolah bekerja sama dengan telkomsel untuk memberikan kartu
perdana secara gratis baik kepada peserta didik
dan para guru yang terdapat kuota gratis dari Kemendikbud. Untuk siswa
kelas 8 dan 9 serta seluruh warga sekolah mengunduh akun belajar dari
kemendikbud di dapodik sekolah lalu mengaktifkannya sehingga dapat meringankan
pelaksanaan proses belajar secara online di sekolah.
Demikianlah cerita tentang pengalaman saya dalam menerapkan metode
GO OUT COVID untuk belajar di rumah saat pandemi covid 19 melanda, dan hasilnya
juga sangat efektif untuk meningkatkan keaktivan para murid dan dapat melihat mereka tersenyum meskipun jarak memisahkan. Semoga pandemi segera berakhir.
Video Proses Pembelajaran Masa Pandemi SMPN 1 Kotaagung
Recent Comments